
Gugun Blues Shelter dari kiri; Jono, Gugun, dan Bowie
Muhammad Gunawan alias Gugun (vokal/gitar), Jonathan 'Jono' Armstrong (bas), dan Aditya Wibowo atau Bowie (drum) hadir kembali merilis album ke-8 berjudul High Life. Album pencarian jati diri yang menandai fase pendewasaan para personel Gugun Blues Shelter dalam bermusik.
High Life juga jangan dikaitkan bahwa band ini ingin mengajak pendengarnya untuk menerapkan pola hidup jetset. Justru mereka ingin mengingatkan orang lain, terutama diri sendiri, untuk tetap berpijak ke bumi.
Saat ditemui Beritagar.id dalam rangka peluncuran album tersebut di Ecobar, Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (27/10/2014) malam, Gugun mengutarakan bahwa pendewasaan mereka tercermin dari pemilihan tema lirik yang terkandung dalam 11 lagu yang ada dalam album ini.
Jika selama ini kerap menulis lagu yang ditujukan buat cewek, dalam album High Life akan ada satu lagu yang didedikasikan untuk anak-anak mereka. Judulnya Forgive Me. "Saya menulis lagu ini setelah tersadar bahwa kami semua sekarang telah menjadi sosok ayah," ujar Gugun sesaat sebelum membawakan lagu tersebut dari atas panggung.
Ada banyak hal lain diungkap oleh kelompok yang pernah tampil dalam festival musik Hard Rock Calling 2011 di Hyde Park, London, Inggris, seputar soal album terbarunya. Berikut petikan wawancaranya.
Proses pengerjaan High Life
Gugun (G): Hampir setahun kami mengerjakan album ini. Karena banyak manggung jadi agak sedikit terbengkalai. Kita sudah bikin, lantas berhenti sebentar karena jadwal manggung, lalu bikin lagi, istrahat lagi. Seperti itu seterusnya hingga akhirnya selesai.
Insipirasi lirik dalam album
G: Masih seputar dari apa yang pernah kami rasakan dan lakukan selama rentang dua tahun sejak album sebelumnya Soul Shaker (2013) rilis. Tapi topik-topik lagu untuk album ini lebih dewasa dan serius.
Bowie (B): Segala kejadian yang diberitakan oleh berbagai media massa juga coba kita ceritakan sendiri lewat kacamata kami.
Makna High Life yang jadi judul
G: Selama ini kami pernah jalan, lihat, dan main di tempat yang serba kelas atas atau tinggi, lantas dihubungkan dengan kehidupan saat ini yang juga serba mahal mulai dari gaya hidup, teknologi, hingga harga barang kebutuhan sehari-hari. Kita harus kuat untuk bisa bertahan dalam keadaan yang serba tinggi itu.
B: Penegasan album ini adalah berusaha untuk jadi diri sendiri agar bisa sukses dengan kondisi ekonomi yang serba mahal. Secara musikal di album ini juga lebih sederhana dibanding album sebelumnya. Tidak ada pergantian birama dan solo gitar yang rumit karena kami coba mendorong sisi vokalnya Gugun.
Alasan bermain lebih sederhana
B: Karena kami tidak ingin ikut-ikutan terseret dengan kata high itu. Justru saat kondisi sedang tinggi kami ingin lebih memijak ke bumi dalam artian bermain lebih sederhana dan tidak rumit.
Peran setiap personel
G: Musik sebagian besar masih saya yang bikin. Perihal lirik, kita berembuk soal topik apa yang mau kita angkat karena masing-masing punya pengalaman sendiri. Karena liriknya ditulis menggunakan bahasa Inggris, Jono bertugas memoles kata-katanya jadi lebih sempurna.
Band yang jadi referensi selama pengerjaan album
G: Saya sama sekali tidak mendengarkan album dari band atau penyanyi lain selama menggarap album ini.
Jono: Murni dari hati kami masing-masing.
B: Kalaupun misalnya ada yang mengatakan karakter musik pada album ini mirip dengan Led Zeppelin dan AC/DC (inspirasi untuk album Soul Shaker), itu bukan karena kesengajaan. Terjadi dengan sendirinya. Kami sudah mendengarkan musik mereka selama bertahun-tahun, jadi akan sangat sulit untuk benar-benar menghilangkan pengaruh tersebut.
semoga bermanfaat ya!!
Salam kenal
Anas Bully
(Sumber : http://beritagar.id/)
Post a Comment